Yang pertama

“Kecepetan ga Zet?” tanya Delta saat mereka sudah berada di dalam mobil.

“Lumayan sih, tapi yaaa gapapa,”

Perjalanan kali ini tidak sehening sebelum-sebelumnya, mereka bercerita perihal kamupusnya yang kata kebanyakan orang, gedung fakultas ekonomi mereka ternyata angker, UKT kampus yang harganya selangit, serta mahasiswa-mahasiswi terkenal di kampusnya.

“Berarti lo kenal si ini dong, aduhhhh siapa sih namanya yang seleb anak teknik itu lohhh,” ucap Zetta sambil berpikir siapa nama orang yang ia maksud.

“Siapa?”

“Yang cewe lohhh, seleb tau, Masa lo ga kenal sih, followers dia lima ratus ribu anjir! ga mungkin lo ga kenal. Bentar gue cek instagram dulu deh.” Zetta menyalakan ponselnya menggerakan tangannya membuka aplikasi instagram.

“Ketemuuuu, nihh!” unjuk Zetta kepada laki-laki itu.

“Oh...” balas Delta.

“Kenal?”

Delta menggeleng, “engga,”

Gadis di sebelahnya menghembuskan nafas berat, “capek-capek gue cari, eh ternyata lo tetep ga kenal juga, siapa sih yang lo kenal?”

“Lo.” Jawabnya.

“Yehhh,” Zetta memukul bahu Delta pelan.

Sepuluh menit yang lalu mereka sudah sampai di SMS, dan sekarang mereka sudah sampai pada nail salon tempat yang Zetta tuju.

“Gue lama loh ya, bisa tiga jam lebih,” Zetta memberi peringatan kepada laki-laki itu, “lo kalau bosen muter-muter aja atau pulang juga gapapa.”

Delta mengangguk, “iyaaaa, udah sana,”

Zetta berjalan mengikuti salah satu pekerja disana, memintanya untuk duduk dan menatuh tangannya pada bantalan yang telah disediakan.

Gadis itu terlihat akrab dengan perempuan yang bekerja disana, sebut saja 'Kak Pita'. Mereka sudah sering sekali bertemu, karena setiap minggu Zetta dengan rutin datang ke tempat ini.

“Kak, itu pacarnya suruh duduk aja, dari tadi ngelian ke arah sini mulu, takut Kak Zetta ilang ya?” ucap Kak Pita sambil tersenyum menunjuk ke arah Delta.

“Eh kenapa Kak?” Balas Zetta bingung.

“Itu Kak, pacar Kakak suruh duduk aja, gausah ngeliatan Kakak terus, kan Ka Zettanya juga ga bakalan ilang,” ulangnya sambil senyum-senyum kepada Zetta.

Gadis itu bingung dengan apa yang barusan ia dengar.

“Baru jadian ya kak? Saya baru liat soalnya,” lanjut Kak Pita.

“Eh ya Tuhan... bukan Kak, dia bukan pacar aku,”

Yang diberi jawaban seperti itu malah tidak percaya, Pita memanggil salah satu temannya yang sedang tidak bekerja, “La! Sini La!”

“Kenapa Kak?” Tanya Lala —teman kerja Pita selama di tempat ini.

“Itu kamu tolong kasih kursi ke kakak-kakak yang diri disitu, bilang aja 'Kak duduk aja disini kalau emang takut Kak Zettanya ilang' pastiin bilang gitu ya La.” Pita berbicara panjang lebar, Zetta yang mendengarnya siap untuk membenanrkan kepada Lala, tapi perempuan itu sudah pergi terlebih dahulu.

Lala menghampiri Delta yang masih setia berdiri di tempatnya. “Kak,” sapa Lala.

“Iya, kenapa?”

Lala memberikan kursi kepada Delta, “ini kak duduk aja disini kalau emang Kakak takut Kak Zetta ilang,”

Delta heran dengan apa yang barusan saja ia dengar, “eh...”

“Gapapa Kak duduk aja,” ucap Lala lagi sambil menepuk-nepuk kursi yang ia bawa, “pacarnya Kak Zetta ya, Kak?”

“Ehh kok?” balas Delta bingung.

“Iya kan Kak? Soalnya Kakak cowok pertama yang Kak Zetta bawa, berarti pacarnya inimah, kapan kak jadiannya? hehehehe,” oceh Lala dengan panjang lebar.

“Bukan, bukan pacarnya,”

“Ah ga mungkin, kalau bukan pacarnya kenapa dari tadi diri aja disini ngeliatin Kak Zetta?”

“Cantik —Ehh gapapa mau diri aja, penasaran nail art kaya gimana,” sanggah Delta dengan cepat.

Lala yang mendengar hanya tetawa, “halah si Kakak ga bisa bohong, iya tau saya kalau Kak Zetta teh cantik, sok atuh Kak duduk dulu, saya mau ke dalem ya,”

Delta berterima kasih kepada Lala yang memberikannya kursi.

“Kak semoga langgeng ya!” ucap Lala sebelum benar-benar pergi meninggalkan Delta.