Sunmori
Baskara sudah berada di depan rumah Selasa bersama dengan Jean dan Dania —perempuan yang sedang dekat dengannya. Pagi ini mereka akan mengelilingi BSD dengan motornya.
Baskara juga tidak sering mengikuti sunmori seperti ini, hanya sesekali saat Jean mengajaknya. Ini juga merupakan kali pertama Selasa mengikuti hal-hal seperti ini, biasanya saat Baska izin mengajaknya sunmori, ia tidak pernah mau karena menurutnya minggu pagi adalah saat-saat paling enak untuk merebahkan tubuhnya.
“Ini rumah pacarnya Baskara?” Tanya Dania saat mereka berhenti.
“Iya, mampir bentar.” Jawab Jean. “Mana cewe lo?” Tanyanya pada Baskara.
“Sebentar lagi juga keluar.” Tak lama dari itu, Selasa keluar menggunakan kaos yang dibalut dengan jaket varsity milik Baskara yang memang sering digunakan oleh perempuan itu.
“Lama ga?” Kata perempuan itu saat pertama kali muncul.
“Engga kok.” Jawab Baskara.
Selasa melihat Jean yang sedang membonceng seorang perempuan di jok motor belakangnya, “eh haiii,” sapa Selasa kepada perempuan itu, “siapa namanya?” lanjutnya.
“Haiii, Dania nih, lo?” Tanya Dania balik.
“Selasa.”
Dania yang mendengar nama perempuan itu pun segera menutup mulutnya kaget, “WOWWW Selasa, beneran Selasa?” Tanyanya.
Selasa yang mendengarnya pun tertawa, “hahahaha iya Selasa.”
“Lucu banget nama lo gilaaa, terus gue panggilnya apa nih?”
“Sel aja, Dan.”
Dania mengangguk, “panggil gue Nia aja, jangan Dan hahaha.” Suruh Dania, Selasa pun mengangguk paham.
“Yaudah ayo berangkat dulu, kenalannya dilanjut nanti ya ibu-ibu.” Suruh Jean.
Saat ini matahari sedang bersahabat bersama mereka semua, jalanan QBiq pagi ini juga benar-benar ramai oleh pengendara motor dengan knalpot yang berisik membuat telinga sakit.
Pagi ini mereka melakukan convoy mengelilingin BSD hingga Bintaro dengan kurang lebih sekitar 30 motor yang merupakan teman-teman Jean dari tempat lain.
Saat mamasuki daerah alam sutera, mereka memberhentikan motornya pada sekitaran sogo untuk beristirahat dan membeli makanan serta minuman.
“Mau makan sama minum apa?” Tanya Baskara.
“Siomay aja kali ya, sama kopi deh,” kata perempuan itu.
Baskara menggeleng, “gak, kali ini ga boleh minum kopi.” Ucapnya.
“Sekali doang basssss,” pinta Selasa dengan tanggan yang memohon.
Baskara tetap menggelengkan kepalanya, kemudian ia pergi meninggalkan Selasa untuk membeli siomay dan air mineral. Sekitar 5 menit, ia sudah kemabli dengan pesanan Selasa tanpa kopi.
“Ini, awas aja beli kopi.” Kata laki-laki itu sambil memberikan makanannya, “kamu disini aja sama nita, disana banyak yang lagi ngerokok.” Sambungnya.
Selasa menunjuk Baskara saat laki-laki itu ingin berjalan ke arah sumbernya asap-asap itu, “pasti mau kesana.”
Baskara hanya tertawa kemudian mengelus kepala Selasa yang sedang duduk di trotoar jalan, “iya, makanya kamu disini aja ya,” ucap laki-laki itu, “Ni nitip Ni.” Lanjutnya kepada Dania.
“Yoi aman, udah sana.” Usir perempuan itu.
Selasa dan Dania mulai akrab seperti orang yang sudah lama kenal, mereka membahas hal-hal yang benar-benar tidak penting, sampai akhirnya Selasa menanyakan hubungan Dania dengan Jean.
“Eh ni, gue boleh nanya ga nih?” Kata Selasa.
Dania menaikan satu alisnya, “apa?”
“Pacarnya Jean?”
Dania langsung tertawa saat mendengarnya, “hahahaha kok bisa-bisanya lo nanya gitu dah,” kata Dania, “belom sih, doain aja yaa.” Lanjutnya dengan memamerkan gigi rapihnya itu.
“Siap deh, semoga cepet jadian yaaa!” Kata Selasa memberikan semangat.
“Eh iya, kalau lo udah dari kapan pacaran sama Baska?” Tanya Dania.
“Hmm dari kelas 10,”
“SUMPAAHH? Pantesan lo berdua deket banget yaa.”
“Loh? Yang lain juga pasti deket sama pacarnya.” Jawab Selasa dengan santainya.
“Engga juga ah, gue salah satunya.”
Selasa mengerutkan keningnya tidak paham maksud perempuan yang sedang berbicara kepadanya, “gimana gimana?” tanyanya.
“Ya gue ga deket tuh sama mantan gue dulu pas masih pacaran.”
“Kok bisa?” Tanya selasa sedikit penasaran, “eh jangan cerita deh kalau privacy.” Lanjutnya dan kembali kepada posisi semula.
“Gapapa elah, udah lama juga.” Balas Dania, “jadi tuh ya gue sama matan gue dulu tuh bener-bener ga deket sama sekali, kaya kerjaan kita tuh setiap hari pasti berantem, sampe pas gue mau putus pun tetep berantem, untungnya ada jean waktu itu, kalau engga, kayanya mantan gue bisa main tangan.” Jelas Dania.
“Sorry...”
“Gapapa, gue yang mau cerita juga kok.” Kata Dania sambil meminum es teh nya, “makanya sekarang gue deket sama Jean.”
“Sukses deh Ni sama Jean yaa.” Dania tersenyum mendengar ucapan Selasa barusan.
Saat ini mereka kembali menelusuri jalanan BSD dan Bintaro hingga jam sudah menunjukan pukul 11.00 saat matahari mulai memancarkan panasnya.
“Ini kita pulang jam berapa? aku udah laper lagi.” Tanya Selasa pada Baskara saat diperjalanan.
“Mau pulang aja?”
“Ini masih lama ga? kalau udah sebentar lagi, yaudah tunggu aja.” Jawab Selasa.
“Ini mah ga nentu Sel, suka-suka aja mau pulang jam berapa. Kita pulang aja ya.” Ajak laki-laki itu.
Baskara mendekati motor Jean, “Je, gue duluan ya,” ucap Baska dimotornya.
“HAH? GAK KEDENGERAN.” Teriak Jean, karena saat ini suara disekitar mereka ramai dengan suara knalpot.
“CABUT DULUAN.” Teriak Baskara.
“HAH? OH BALIK? YAUDAH SANA, HATI-HATI!” Jawab Jean kembali dengan teriakannya.
Baska memisahkan dirinya dari rombongan mereka untuk segera mengantar Selasa pulang.