Salted Caramel Vanilla Cake
“Nih,” Isac mengeluarkan barang kecil dari dalam sakunya saat film sudah pada menit delapan dua.
Karena cahaya dari ruang tengah milik Berlin dimatikan, jadi tidak terlalu jelas barang apa yang Isac berikan kepada gadis itu sampai akhirnya layar TV mengeluarkan cahaya yang terang, barulah Berlin menyadarinya.
“Hah? Ini punya siapa?” tanya Berlin saat Isac memeberinya pod baru berwana campuran ungu dan gold.
“Buat lo, tapi ga ada yang warna pink,” Isac menaruh pod nya ke tangan Berlin.
“Sac sumpah kenapa sampe repot-repot nyari pod buat gue?”
“Tadi pagi gue mampir ke vapor, terus liat pod itu, eh langsung kepikiran sama lo, walaupun warnanya bukan pink tapi warna ini kaya lo banget,” jelas Isac membuat Berlin merasa tidak enak hati.
“Gue ganti dehhh, berapa?”
“Ga usah, anggep aja hadiah,”
“Tapi kan gue belum ulang tahun,” balas Berlin, Isac selalu saja datang dengan kejutannya.
“Ya, kadonya duluan? Atau hadiah apa gitu, ga mesti ulang tahun,” jelas Isac sambil mengambil Pizza di meja. “Oh tau,” lanjutnya membuat Berlin menoleh.
“Apa?”
“Hadiah karena lo lucu,”
Setelah film selesai, Isac melihat Berlin mengeluarkan liquid dari laci depan TV, “bawa pod ga?” tanya Berlin.
Isac mengangguk, “bawa,”
“Okeee, lu harus cobain liquid kesukaan gue, sumpah rasanya enak banget,” suruh Berlin sambil menunjukan liquid miliknya.
Betapa terkejutnya Isac saat ia melihat Berlin menunjukan liquid dengan rasa “Salted Caramel Vanilla Cake” sama persis seperti liquid kesukaannya.
“Hah? Lo suka ini juga?” tanya Isac tidak menyangka.
“Jangan bilang lo suka rasa ini?”
Yang ditanya malah tertawa sambil menganggukkan kepalanya tanda bahwa setuju dengan perkataan gadis di sebelahnya, “iya, di kamar gue juga ada, ini juga isinya rasa itu,” kata Isac sambil mengunjukkan pod miliknya.
“Wah gila, ga nyangka gue, sumpah beneran kaya kaget banget akhirnya temen gue ada sang satu selera sama gue,” heboh Berlin, karena teman-temannya tidak ada yang menggunakan rokok elektrik seperti dirinya, sekalinya ada itupun teman laki-laki yang pada dasarnya perempuan itu hanya memiliki satu teman, Sheila.
“Berarti nyobainnya gagal dong?” ucap Isac.
“Iyaaaa, kan lo juga udah tau rasanya gimana. Eh tapi sebagai gantinya, gue mau coba pod dari lo sekarang deh,” kata Berlin sambil membuka tutup liquid, menuangkan ke dalam pod miliknya.
Melihat Berlin yang menghisap benda elektrik itu, Isac pun tidak tinggal diam, lelaki itu ikut serta menemani Berlin mengeluarkan asap dari benda kecil itu.