Sabtu di BSD
BSD pagi ini cukup sejuk, mungkin karena sebelum matahari terbit, hujan sudah membasahi kota ini. Hail—laki-laki dengan setelan kaos putih serta celana panjang berwarna hitam sedang mengendarai motornya dengan jok belakang yang diisi oleh Kale.
Jam masih menunjukan pukul sembilan pagi, pusat perbelanjaan di kota ini pun masih belum buka, jadi mereka memutuskan untuk berkeliling kota yang sejuk ini tanpa arah.
“Kamu kenapa sih Il, suka banget muter-muter naik motor gini?” Kale memajukan badannya ke depan agar Hail bisa mendengar suaranya, karena mereka berdua menggunakan penutup kepala.
“refreshing, sama biar jadi tau oh di sini tuh ada ini, di situ ada itu,”
“Aku mau tau dong, kamu udah nemuin apa aja,”
Hail memelankan laju motornya, “ Di pamulang, ada tukang kue pancong, rasanya enaaaak banget, tapi adanya di dalem gitu deket lahan kosong. Terus di situ,” ia menunjuk satu jalan di sebelah kiri mereka, “di dalem gang itu, ada yang jualan nasi goreng, ibu-ibu udah tua tapi rasanya TOP,” ucapnya memberikan jempol pada tangan kirinya.
Kale setia mendengarkan yang Hail katakan, “di deket rumah kamu, ada cafe tapi di dalam rumah, tau ga?” Hail bertanya.
“Hah di mana? Ga tau,” jawab Kale menggelengkan kepalanya.
“Sebelum masuk perumahan, ada belokan yang ke kiri, masuk ke situ nanti ada cafe nya di kanan.” Kale baru mengetahui bahwa di dekat rumah nya ada sebuah cafe, bila saja Hail tidak memberi tahu, Kale yakin sampai saat ini ia masih belum mnegetahui keberadaan cafe tersebut.
“Nanti harus ke sanaaaa!” Semangat gadis itu membuat Hail yang sedang mengendarai motornya tertawa.
Kale tiada henti-hentinya berbica selama mereka mengelilingi BSD pagi ini, sesekali ia menunjuk orang yang berlalu lalang, menunjuk mobil yang lewat di sebelahnya sambil mengaakan bahwa itu adalah mobil impian gadis itu, suatu saat ia pasti akan memilikinya.
Sudah satu jam sejak mereka berdua keliling kota ini, akhirnya Hail berhenti pada sebuah warung di pingir jalan, mereka sudah bukan berada di jalan besar saat ini.
Membeli minum sambil mengistirahatkan dirinya sebentar. Kale sibuk membeli jajanan yang ada di warung itu,” Il, mau yang mana?”
“Kamu aja, aku engga,” tolak Hail.
Kale hang mtidak mau mendengar penolakan itu malah mengambil beberapa snack dan membayarnya, “nih ya, makan,” Kale memberikan tiga makanan ringan kepada Hail. “Abis ini kita kemana ya?”
“Mau aku ajak muter-muter, tapi kayanya abis ini kita ke icon aja, cari makan.” jawab Hail sambil mengunyah jajanan yang ada di tangannya.
“Ih jangan makan dulu, ini kan juga udah makan,”
“Lain, Kaleee, ini mah jajan,”
“Sama aja,” Kale tetap pada pendiriannya bahwa saat ini mereka sedang makan.
“Yaudah kita lanjut muter-muter dulu, nanti pas siang, harus makan ya,” ucap Hail membuat gadis itu semangat.
“Iyaaa, gitu kan enak.”
Mereka kembali mengelilingi kota ini, sekarang jalanan sudah cukup ramai dengan penduduk yang sudah mulai menjalankan aktifitasnya. Mengelilingi kota indah ini bersama dengan sang pujaan hati sungguh sangat menyenangkan bagi keduanya. Kota ini seperti milik berdua.
Hari ini mereka habiskan untuk membagi tawa serta semangatnya untuk masing-masing, membuat satu cerita di masa muda, bahwa jalan ini pernah mereka lalui saat sabtu pagi sebelum ujian akhir semester yang akan membawa mereka ke tingkat terakhir sekolah menengah atas.