Pagi...

Pagi ini, Kale sudah rapih, lengkap dengan seragam sekolahnya, ia juga sudah mengunakan sepatunya dan segera menghampiri meja makan.

“Mamaahhh,” panggil Kale.

“Eh tumben udah rapih jam segini.” Jawab Mamanya.

“Masa lupa mah? aku kan ada janji hari ini.” Jawabnya sambil memamerkan paper bag yang ada di tangan kanannya.

“Oh sama si Hail Hail itu ya?” tanya Mama sambil meledek kale.

“Hahaha iya dong, doain Mah semoga berhasil.” Pinta Kale sambil mengedipkan satu matanya.

“Berhasil apa? emang kamu mau ngapain heh?” Tanya Mama.

“Mau balikin jaket doang, yaaa doain aja si Mah biar Kale ga malu-maluin.” Ucap perempuan itu dengan mengambil piring. “Aku mau langsung sarapan, buru-buru soalnya.”

“Yaudah sana sarapan, semangat buat balikin jaketnya.” Sahut Mama sambil menertawakan kelakuan Kale.

Tiba-tiba bel rumah kale berbunyi. Bi Ati -yang bekerja di rumah kale pun langsung menghampiri gerbang.

“BIIII SIAPAAA?” Teriak Kale.

“Jangan teriak-teriak Kal.” Tegur Mamanya.

Bi Ati segera masuk kedalam rumah bersama tamu yang datang pagi ini, mengantarkannya untuk menunggu di ruang tamu.

“Temen kamu katanya dek.” Ucap bi ati menghampiri Kale yang berada di meja makan. “Alia bi?”

“Ga tau bibi, baru liat yang ini mah. Cowok.”

“Siapa Bi?” Tanya Mama menghampiri meja makan.

“Itu Bu, temennya adek dateng, katanya mau berangkat sekolah sama Kale.” Jawab Bi Ati.

Kale yang telah menyelesaikan sarapannya itu pun segera menghampiri ruang tamu rumahnya. ‘Cowok? Siapa deh? Nyasar atau gimana tuh orang?’ Batin perempuan itu.

‘HAH?!’ Rasanya Kale ingin berteriak sekeras mungkin. Bagaimana bisa Hail yang datang.

“Loh il?” Hanya kalimat itu yang terlontar dari mulut Kale.

Hail yang mendengar suara itu langsung mengangkat kepalanya. “Eh kal.”

“Loh, kenapa kesini?” Tanya Kale bingung.

“Siapa Kal?” Tanya Mama menghampiri ruang tamu.

“Temen Mahhhh!”

“Loh ini siapa? baru liat Mama.” Tanyanya saat sudah sampai di ruang tamu.

“Pagi tan.” Sapa Hail sambil berdiri dari duduknya. “Hail.” Lanjutnya sambil menyalimi tangan Mama Kale.

“Oh, Hail yang ini.” Kale yang mendengar kalimat tersebut langsung mecolek pinggang Mamanya agar tidak keceplosan atas semua cerita-cerita tentang Hail yang sudah Kale ceritakan padanya.

“Eh iya tante, ini Kale berangkat sama saya gapapa tan? Sekalian mau ambil jaket.” Tanya hail.

“Gapapa, terserah Kale aja gimana.” Ucap Mama ramah. “Mau kal?” Lanjutnya bertanya pada Kale.

“Eh?” Sahutnya. “Iya boleh aja.” Lanjut Kale sambil menyodorkan paper bag kepada Hail. “Nih jaketnya, makasih ya.”

“Iya, Kal.”

“Yaudah ayo berangkat.” Ajak Kale sambil berjalan keluar rumah. “MAH BERANGKATTT!” Teriaknya.

“Iya hati-hati yaa.” Sahut Mama dari dalam rumah.

Hail segera menyalakan motornya, “Kal ada helm?” Tanyanya.

“Oh ada, bentar gue ambil dulu.” Ucapnya sambil mengambil helm dan memasangnya. “Ini gue naik ya.” Lanjutnnya.

“Diem aja disitu juga gapapa.” Ucap Hail sambil tertawa.

'ya ampun hail kenapa harus ketawa?!' Batin Kale.

“Yeh malah ngelawak.” Jawab Kale menaiki motor Hail.

Diperjalanan kali ini tidak sehening waktu pertama kali mereka berboncengan. Saat ini Hail dan Kale sedang membahas kenapa laki-laki itu dengan tiba-tiba datang menjemputnya.

“Katanya jam setengah tujuh ketemu di gerbang, tapi ini malah ke rumah.” Ucap Kale.

“Takut lo kesiangan aja, soalnya kan lo bilang biasanya dateng pas mepet masuk.”

“Tapi gausah di samper juga, call kan bisa gitu il, kalo gini gue jadi ngerepotin lo.” Jawabnya tidak enak.

“Kan gue yang samper Kal, bukann lo yang minta.”

“Iya sih, aduh tapi nanti sampe sekolah gimana ya il? Lo kan banyak fansnya, nanti gue di bully lagi sama fans-fans lo itu.” Sahut Kale, karena adik kelas serta teman seangkatannya banyak yang menyukai Hail, termasuk dirinya. hahaha.

“Lo masuk ke salah satu fans gue juga ga?” Tanya laki itu santai menanggapi ucapan Kale.

Perempuan yang mendapatkan pertanyaan seperti itu bingung harus menjawab apa, karena rasanya seperti anak kecil yang ketahuan mencuri es di dalam kulkas oleh orang tuanya.

“Hah? Pede banget.” Jawab Kale menghilangkan kepanikannya itu.

Hail yang mendenger jawaban itu hanya tertawa.

“Eh sorry ya il, gue so akrab banget, padahal kita baru ngobrol.”

“Gapapa, santai aja sama gue.” Balas Hail.