milkita melon
Ragil membeli satu bungkus milkita melon di salah satu supermarket terdekat. Laki-laki itu segera memberikan laporan kepada Jule bahwa ia sudah membelinya.
Setelah mendapat balasan dari Jule bahwa gadis itu sedang berada di rumah, Ragil segera menjalankan kendaraan roda empat miliknya ke rumah gadisnya.
Sedangkan Jule, gadis itu masih tidak habis pikir bahwa Ragil akan membeli satu bungkus permen milkita melon hanya karena ia bilang bahwa setiap kali mereka melakukannya, rasanya selalu liqiud laki-laki itu.
Jule pun tidak pernah protes karena rasa liquid milik Ragil tetap dapat diterima oleh mulutnya. Hanya saja ia ingin sesekali merasakan rasa yang berbeda.
Setalah lima belas menit lalu pesan terakhir dari Ragil yang mengabarkan bahwa ia akan segera menuju rumah Jule, saat ini lelaki itu sudah berada di depan ruang tamu rumah gadisnya.
“Nih permen milkita melon satu bungkus,” ucap Ragil membuat Jule tidak tahan untuk tidak tertawa.
“Kenapa beneran lu beli ya ampun,” balas Jule tertawa di sebelah Ragil.
“Ya biar rasanya beda,”
“Tapi kopi juga enak,”
“Nyoba yang baru apa salahnya? Kali aja melon lebih enak,” balas Ragil sambil membuka bungkus permen milkita.
“Nih, lu iuga makan, biar makin kerasa melonnya,” Ragil memberi Jule satu permen yan sudah dibuka.
Jule mengambil permen itu sambil tertawa, laki-laki ini benar-benar membuat dirinya gila.
“Manis,” ucap Jule ketika permen itu masuk ke dalam mulutnya.
“Iyalah, kan permen,”
“Lu manaaa? Udah di makan belum?”
“Ini tik, gue juga lagi makan,” jawab ragil sambil memamerkan satu permen milkita di dalam mulutnya.
Tiga menit berlalu, mereka masih sibuk dengan permennya masing-masing sampai pada menit kelima keduanya sudah menghabiskan permennya.
“Udah belum?” tanya Jule.
“Udah apanya?”
“Udah kerasa?”
“Melonnya?” tanya Ragil bingung.
“Iya, udah kerasa?”
“Udah,” jawab ragil membuat Jule mengangguk.
“Yaudah,” ucap Jule.
Ragil dengan pelan memajukan badannya, mencium kening Jule, kemudian mata kanannya, lalu mata kiri milik gadisnya, tak lupa dengan hidung dan kedua pipi merah Jule.
Jule tersenyum melihat kebiasaan lelakinya, sudah pasti Ragil akan melakukan ritual awal dimana ia akan mencium setiap wajah milik Jule.
“Lucu, pipinya merah,” ucap Ragil kala ia melihat pipi Jule yang sudah berubah menjadi warna merah karena ini kali pertama mereka melakukannya dengan merencanakan rasa apa yang akan mereka coba.
“Jangan diliatin,” balas Jule.
“Gapapa, cantik soalnya,” setelah kalimat ini keluar dari mulut Ragil, lelaki itu kemudian mengecup singkat bibir Jule.
Yang dikecup hanya bisa menahan dirinya agar tetap bisa terlihat waras, karena hawa nafas yang dikeluarkan oleh Ragil sudah terasa berbeda dari biasanya, rasa melon benar-benar mendominasi.
Ragil memberi kode dengan menaikan satu alis kanannya, bertanya apalah gadisnya sudah lebih baik-baik saja. Karena tidak seperti biasanya pipi Jule berubah menjadi merah.
Jule memberikan jawaban dengan anggukan kepalanya, tanda bahwa ia baik-baik saja. Berati Ragil bisa melanjutkannya.
Lelaki itu mengecup bibir Jule sekali lagi, kali ini ia biarkan miliknya dan milik Jule menempel lebih lama, sampai akhirnya Jule membiarkan Ragil untuk memulainya.
Ragil benar-benar melakukannya dengan pelan agar Jule tidak merasa lelah dengan hal itu, sambil memeluk tubuh milik Jule, dan mengelus punggung gadisnya.
Ia melakukannya dengan pelan tapi sudah dipastikan Jule hanyut di dalamnya karena Ragil tidak pernah membuatnya merasa terburu-buru dengan setiap gerakan yang diberikan oleh laki-laki itu.
“I love you,” ucap Ragil sambil membenarkan poni Jule.