Mami
Mami sudah datang sekitar lima balas menit yang lalu dan sampai saat ini masih saja berbincang dengan Isac tanpa memperdulikan diriku yang sudah selesai menyiapkan makanan yang Mami bawa.
Ku rasa, Mami benar-benar menyukai Isac, karena mereka benar-benar terlihat seperti sepasang ibu dan anak daripada diriku dan Mami. Untung saja tidak ada Jinan di sini, bila ada dia, dapat ku pastikan diriku semakin tidak terlihat.
Tidak bisa seperti ini terus. Ini sudah dua puluh tiga menit dan mereka masih asik mengobrol sambil tertawa bersama tanpa mengajak diriku, bagaimana bisa?
“Halooooo, masih ada aku di sini kalau Mami sama kamu lupa,” kataku setalah akhirnya menghampiri mereka sambil melambaikan kedua tanganku agar mereka mengalihkan pandangannya ke arahku.
Mami tersenyum tanpa merasa bersalah, “kirain, kamu ga mau ngobrol,”
“Sejak kapaaaaaan?” ocehku tidak terima. Sejak kapan pula aku tidak suka berbicara? Padahal Mami tahu betul bahwa aku sangat berisik.
“Sini duduk,” Isac menggeserkan tubuhnya memberi jarak agar aku bisa duduk di antara Mami dan Bunda.
Tentu aku tidak mau duduk, karena sekarang sudah waktunya untuk makan siang, terlebih aku sudah menyiapkannya di atas meja makan, “makan dulu ya Ratu dan Pangeran, udah aku siapin di meja makan dari tadi.” sarkasku yang anehnya malah dibalas tawa oleh mereka.
“Yuk, Pangeran, kita makan dulu, nanti lanjut lagi,” Sumpah demi yang ada di dalam apartmentku, mami malah menanggapi perkataanku kepada Isac.
Akhirnya kita makan bersama, tidak terlalu lama karena Mami dan Isac makan dengan cepat. Sepertinya banyak sekali yang ingin mereka bicarakan, dasar.
“Kak, kamu kenapa ga pulang-pulang?” tanya Mami. Akhirnya, akhirnya Mami bertanya kepadaku juga.
“Aku males bawa mobilnya, jauh,” balasku karena emang jarak dari apartment ke rumah mami cukup jauh, dan akan membuatku bosan sendiri di dalam mobil tanpa bisa berbica kepada siapapun.
“Sama Isac?” Mami malah menunjuk Isac.
Ku yakin mataku terlihat seperti ingin keluar, “yang bener aja? Isac nganter aku trus pulang lagi ke sini? Apa ga remuk badannya?”
“Ya nanti pulangnya bareng sama kamu lagi lah,” Mami ini benar-benar enteng sekali bicaranya.
“Ya gimana kalau ternyata Isacnya ada urusan?” balasku.
Isac malah ikut bergabung ke dalam obrolan dua anak dan ibu yang tidak beres ini, “nanti aku reschedule,” katanya dengan wajah yang saat ini benar-benar terlihat seratus juta kali lipat lebih manis.