Lapangan belakang

Jule menuju lapangan belakang sekolah sendiri, karena Acel sudah pulang sejak lima menit yang lalu bersama Bima, dan Ragil entah ada di mana, karena Jule tidak mencari dirinya.

Saat Jule sampai, lapangan itu sudah berisi empat orang perempuan yang salah satu diantaranya adalah Vina, serta Fatur yang berada di sebelah Vina.

“Widih banyak juga temen lu,” sapa Jule saat ia baru saja menghampiri mereka.

“Gede juga nyali lu buat dateng sendiri,” balas Vina membuat Jule tertawa.

“Oh ya jelas, gue ga perlu bawa-bawa temen buat tambah bantuan kaya lu,” sarkas Jule.

“Anjing, lu,”

“Manusia, Vin,” balas Jule sambil melepas dasi, “ini mau diobrolin atau langsung?” tanyanya setelah dasi di lehernya terlepas.

“Langsung lah, ga takut gue sama lu,” setelah mengucapkan kalimat tersebut, Vina langsung maju menghampiri Jule dan menarik rambut miliknya.

“Lu bisa ga sih kalau berantem ga narik rambut?” tanya Jule sambil berusaha melepaskan tangan Vina dari rambutnya.

Tidak ada jawaban dari Vina membuat Jule bertanya sekali lagi, “ga bisa? Bisanya cuma narik-narik rambut orang doang?”

Vina yang tidak terima dengan perkataan Jule segera mendorong Jule agar terjatuh, Jule yang sama sekali belum melakukan persiapan sontak terjatuh karena dorongan dari Vina, membuat ketiga temannya dan Fatur tertawa.

“Lu maunya apa Vin? Jambak apa dorong?” tanya Jule bangun dari posisi sebelumnya.

Belum selesai Jule membenarkan posisinya dengan benar, Vina langsung menarik Rambut Jule dengan sangat kencang, sontak membuat Jule menggeram dan membuat dirinya reflex memukul lengan Vina. 

“Anjing, sakit!” ucap Vina yang merasa kesakitan karena pukulan Jule tetapi tangannya masih belum melepaskan rambut milik Jule.

“Ya makanya lu jangan narik-narik rambut gue,”

Bukannya berhenti, Vina semakin menguatkan tarikan tangannya mambuat Jule semakin meringis. Tanpa Jule sadari, tangannya kembali memukul bahu Vina dengan tenaga yang lebih kuat dari sebelumnya.

Jule dengan sadar langsung mengusap-usap bahu milik Vina tanda bahwa ia tidak sengaja memberikan pukulan itu karena Vina tak mau melepaskan tangannya dari rambut Jule, “eh sorry, sorry, ga sengaja, gue ga mau mukul lu Vin, tapi lu bisa ga lepasin tangan dari rambut gue,”

Vina yang merasa pukulan dari Jule terasa sangat menyakitkan sontak menangis tapi ia masih mempertahankan tangannya yang sedang menarik rambut Jule.

“Vin sumpah lepasin tangan lu dari rambut gue,” pinta Jule, gadis itu tidak mau melayangkan pukulannya lagi karena Vina sudah menangis.

Fatur yang melihat Vina sudah menangis lantas menghampiri Jule yang rambutnya masih setia ditarik oleh Vina dan melayangkan tamparan tepat pada pipi Jule.

Kepala Jule pening, matanya meneteskan air mata akibat rasa sakit yang ia terima dari tangan laki-laki di hadapannya. Rasa sakitnya menjalar ke seluruh tubuh bagian atas membuat dirinya lemas dan akhirnya terduduk di lapangan.

“BANGSAT!”

Teriak Ragil dari arah belakang sambil berlari menghampiri Fatur, wajahnya sudah merah padam karena melihat gadisnya di tampar oleh seorang laki-laki.

“Anjing!” Ragil melemparkan sebuah pukulan tepat di wajah Fatur, “punya nyawa berapa lu berani nampar Jule?!”

Tangan Ragil tidak henti-hentinya memberikan pukulan kepada Fatur, sesekali Fatur membalas memukul Ragil membuat mereka saling melontarkan pukulan di tengah lapangan ini.

“Cewek lu duluan anjing, ngapain mukul Vina?” teriak Fatur tidak terima.

“Gue liat bangsat! cewek lu duluan yang mulai, rambut cewek gue dari tadi ditarik-tarik sama cewek lu!” ucap Ragil memberikan satu pukulan di pelipis Fatur.

Jule, Vina dan ketiga temannya yang lain hanya bisa menyaksikan dari posisinya masing-masing. Jule terlalu pusing untuk sekedar bangun dari duduknya dan Vina semakin menangis melihat Fatur dipukuli oleh Ragil membuat ketiga temannya menenangkan dirinya.

“Gue dari tadi diem aja, soalnya ini emang urusan cewek gue sama cewek lu. Tapi tiba-tiba lu main tangan sama Jule, gue ga bisa diem aja bangsat!” Teriak Ragil memukul perut Fatur.

Tenaga Fatur sudah dikuras habis-habisan karena Ragil, tenaga lawannya benar-benar sangat kuat. Fatur sudah merebahkan dirinya di tengah lapangan dan tidak mempunyai tenaga untuk bangun.

“Sekali lagi gue liat lu pukul Jule, habis lu sama gue,” ucap Ragil sebelum akhirnya meninggalkan Fatur yang sudah tidak berdaya. Menghampiri Jule yang masih terduduk sambil memegang kepalanya.

“Le?” sapanya.

Jule hanya melihat dirinya tanpa mau menjawab karena kepalanya masih terasa pusing. “Ayo pulang.” Suruhnya dengan suara yang jarang sekali Jule dengar membuat Jule takut.

“Tas dimana?” tanya Ragil lagi, Jule menunjuk ke arah kanan, tas nya ia senderkan dekat ring basket. Ragil segera mengambil tas gadisnya dan kembali menghampiri Jule.

“Naik sini,” Ragil memberikan punggungnya menghadap Jule membuat Jule segera melingkarkan tangannya di leher laki-laki itu dan Ragil segera menggendingnya menuju tempat dimana mobilnya terparkir.