Jakarta Aquarium

Pagi ini kota Jakarta sedang ramai karena para penduduknya baru saja memulai aktifitasnya masing-masing. Sama seperti dua muda-mudi yang sekarang berada di dalam mobil.

“Ih gue malu deh kalau nanti foto-foto,” ucap Berlin saat mobil Isac baru saja keluar dari studio miliknya.

“Lah kenapa?”

“soalnya lu photographer, gue malu anjir,”

“Ya jangan gitu, lagian foto lo juga keren-keren,” balas Isac, lelaki itu sempat ditunjukan hasil jepretan milik Berlin.

“Tapi lain loh rasanya, lo kan professional trus gue yang amatiran,”

“Sama, kan sama sama manusia,”

“Tau dah terserah lo, tapi sumpah ini mah beneran nanti lu jangan komentarin foto-foto gue yaaaa,”

“Ga bakal, pasti hasilnya juga bagus,” jawab Isac memberikan jempol kepada Berlin.

Perjalanan menuju Jakarta Aquarium tidak membutuhkan waktu lama karena lokasi apartment mereka pun jaraknya tidak terlalu jauh.

Berlin sudah mengisi kamera polaroidnya dengan polaroid film di perjalanan tadi, agar saat sampai, Berlin tidak perlu repot-repot mengisinya lagi.

Pukul setengah dua belas mereka sudah berada di Jakarta Aquarium, hari ini cukup ramai karena ada anak-anak SD yang datang kesana.

“Lagi ada yang tour gitu ya?” tanya Berlin ketika mereka masuk kedalam.

“Iya, anak SD, tadi sih gue baca di depan ada bus mereka gitu,”

“Seru dong, banyak anak-anak,” ucap Berlin, Isac mengangguk menanggapi.

Mereka melihat ikan-ikan yang sebelumnya belum pernah mereka lihat. Ada banyak sekali jenis ikan yang baru pertama kali Berlin dan Isac lihat.

Gadis itu sibuk dengan polaroid serta kamera pada ponselnya. Sesekali ia mengambil foto ikan dan anak-anak SD yang sedang malihat ikan dengan polaroid.

Isac, laki-laki itu terus mengikuti kemana arah kaki Berlin melangkah, memperhatikannya seperti takut Berlin akan menghilang.

“Lin, sini, nanti ilang,” ucap Isac meminta Berlin untuk mundur beberapa langkah karena posisi Berlin saat ini sedang ramai.

“Bukan anak keciiillll,” balas Berlin tetapi gadis itu tetap menghampiri Isac.

“Tapi mirip tuh sama anak-anak kecil di sana,” balas Isac menunjuk sekumpulan anak SD yang sedang melihat ikan.

“Yeeeehhhh,”

“Nanti kalau lo ilang, gue juga nih yang repot,”

“Ya kan bisa call,”

“Kalau hp mati gimana?”

“Beli lagi yang baru,” jawab Berlin asal, gadis itu kemudian berjalan meninggalkan Isac.

Baru saja jalan beberapa langkah, Berlin langsung ditarik oleh Isac.

“Tuh kan, gue bilang juga apa, siniiii,” oceh Isac sambil memegang tanggan Berlin, bila saja Isac telat menarik gadis itu, sudah dapat dipastikan sekarang Berlin sedang terjatuh di lantai karena dari arah berlawanan ada anak kecil yang sedang berlari.

Yang dimarahi hanya tersenyum sambil memamerkan sederet giginya yang rapi.

Akhirnya selama mengelilingi Aquarium, tangan Isac tidak pernah lepas menggenggam tangan Berlin, karena gadis di sebelahnya benar-benar seperti anak kecil yang bila Isac melepas genggaman tersebut akan hilang atau jatuh.