Hari bahagia.
Bagi Delta, kenal, dekat, bahkan bisa menjadi salah satu bagian dalam perjalanan Zetta selama lima tahun kebelakang benar-benar suatu yang sangat ia syukuri. Gadis yang selama ini mampu membuatnya tersenyum, gadis yang selalu mendukung dirinya disetiap hal yang Delta jalani, gadis yang menolongnya waktu Delta sedang merasa terpuruk.
Malam ini, Zetta mengenakan gaun cantik berwarna hitam selutut dengan kalung liontin yang sempat Delta berikan sebagai hadiah ketika dirinya lulus kuliah. Berjalan dengan menautkan tangan satu sama lain menuju gedung pencakar langit di ibu kota.
Bunda dan Zello pun turut serta menghadiri acara makan malam ini. Acara yang sengaja Delta lakukan karena dia berhasil menembus proyek terbarunya. Sungguh terlihat seperti sebuah keluarga yang hangat bila dilihat secara langsung.
Sambil menunggu pesanan yang sebelumnya sudah Delta pesan melalui panggilan telepon, Bunda sibuk berbincang dengan Zetta tentang produk terbaru yang diluncurkan oleh brand favoritnya, Dior. Dan Zello sibuk berbincang bersama Delta tentang pertandingan bola yang telah berlangsung dua hari lalu.
Ini bukan pertemuan pertama mereka secara berempat, sudah lebih dari sepuluh kali mereka melakukan kumpul bersama. Saat salah satu diantaranya ulang tahun, saat berhasil mencapai goal nya, atau kerjasang saat salah satu diantaranya merasa senang, mereka akan berkumpul bersama.
Makanan baru saja dihidangkan oleh beberapa pelayan di meja mereka. Dibuka dengan beberapa appetizer, lalu dilanjut dengan menyantap makan malam.
“Perhatian.” Zetta menginterupsi Delta, Bunda dan Zello yang sedang berbincang-bincang santai.
“Kenapa, Kak?” jawab Zello menatap Zetta.
Zetta memanggil salah satu pelayan yang sudah ia pesan sebelumnya untuk mengantarkan sebuah kue ke meja mereka. Pelan menghampiri meja dengan kue di tangannya dan di letakan di tengah-tengah. Kue bertuliskan “Selamat, sayang.” yang Zetta buat sendiri sebelum pergi makan malam bersama mereka.
Bunda tersenyum melihat perlakuan Zetta kepada anak satu-satunya. Di atas kue itu, ada lilin yang menyala, meminta pemilik kue itu untuk segera meniupnya.
“Tiup, Del,” suruh Zetta karena lilinnya semakin menurun.
Delta masih setia memperhatikan perempuannya dengan senyum yang merekah di wajah miliknya, “tiuppp,” suruh Zetta lagi.
“Make a wish dulu,” sela Zello.
“Kan bukan ulang tahun,” Zetta membalas.
“Gapapa, make a wish dulu, Kak, baru tiup,” Zello menyuruh Delta untuk membuat permintaan sebelum meniup lilinnya.
Bunda lantas menyalakan ponselnya membuat video sebagai kenang-kenangan. Bila mereka pergi bersama Bunda, sudah dapat dipastikan bahwa setiap momen yang mereka lewati akan Bunda rekam sebagai kenangan.
“Ayo, Kak,” suruh bunda saat kamera ponselnya sudah siap.
Delta menautkan kedua tangannya dan memejamkan mata, mengucap sebuah doa lalu meniup lilin di hadapannya.
“YEAAYYYYYY!” kata Zetta dengan tepuk tangan bersama Zello.
Delta segera memeluk perempuannya, mengucapkan terima kasih atas apa yang telah ia berikan malam ini.
Setelah menghabiskan makanan yang ada, dessert segera dihidangkan oleh pelayan. Tidak terlalu banyak karena sebelumnya mereka pun sudah makan malam.
Pelayan memberikan satu piring lagi di hadapan Zetta. Piring yang berhiaskan kelopak-kelopak bunga di pinggirnya, serta pudding transparant tepat di tengah piring dengan sebuah cicin di dalamnya.
Betapa terkejutnya Zetta saat mendapatkan piring tersebut, sontak melihat ke arah Delta, bertanya mengapa ada cincin di dalam pudding miliknya.
“Kayaknya salah meja deh, Kak” Zetta berkata kepada pelayan yang baru tadi menaruh piring untuknya.
Sang pelayan malah tersenyum kemudian menggeleng, “benar, Kak, ini pesanan atas nama Tuan Delta,”
Zetta langsung menoleh ke Delta, meminta penjelasan kepada laki-laki di sebelahnya, “Del?” ucapnya.
“Iya, bener kok, emang pesenan aku,” jawab Delta, “makasih ya, Kak,” lanjut Delta kepada sang pelayan.
Zetta memperhatikan pudding yang berada di hadapannya, lalu melihat Bunda, Zello, dan Delta secara bergantian. Mereka malah menahan tawa melihat tingkah Zetta kebingungan.
“Ze,” panggil Delta sambil memegang tangan Zetta.
“Iya?”
“Kamu mau jalan bareng sama aku terus ga? Jalan selama mungkin sampai seratus tahun ke depan, sampai rambut kita putih semua, sampai kita sama-sama kembali ke pelukan Tuhan,” Delta menatap tepat pada manik hitam yang indah milik gadisnya, “Malam ini, di depan Bunda dan Zello, aku mau ajak kamu buat habisin sisa waktu kita sama-sama, kamu mau ga Ze nikah sama aku?”
Zetta menahan air matanya saat Delta mengatakan kalimat yang baru saja ia dengar, sama hal nya dengan Delta, mata laki-laki itu sudah dipenuhi oleh air mata yang apabila ia berkedip maka akan menetes saat itu juga.
Zetta melihat Zello dan Bunda yang masih setia menyaksikan mereka, “Bunda,” panggilnya dengan suara yang bergetar.
“Iya, sayang?” Bunda menghampiri Zetta.
“Delta, Bunda, Delta barusan bilang kaya gitu, itu bener?” Zetta malah menangis dipelukan Bunda, ia tidak tahan melihat wajah Delta.
Bunda mengelus pundak Zetta, memberikan ketenangan kepada Zetta, “iya, Delta serius sama kamu,”
“Bunda izinin aku buat temenin Delta?” tanya Zetta di sela tangisnya, Bunda lantas mengangguk dengan cepat.
“Pasti.” Jawabnya, “kamu jawab dulu Deltanya, kasian dia nunggu jawaban kamu sampai mau nangis juga,” bunda meledek Delta membuat Zetta tertawa.
Zetta menghapus jejak air mata yang tersisa di wajahnya kemudian menatap wajah lawan bicaranya yang sempat ia biarkan beberapa menit. Zetta mengganguk dengan cepat sambil tersenyum.
Delta melihat Bunda, meminta pengakuan darinya bahwa bukan hanya Delta yang melihat Zetta mengaggukan kepalanya, “Bun?” tanyanya dengan mata yang berbinar-binar.
Bunda tertawa melihat Delta, anak laki-lakinya sudah besar, dahulu Bunda masih sibuk menyiapkan seragam setiap kali Delta ingin berangkat sekolah, sekarang, anak itu sudah bisa mengambil tanggung jawab yang besar.
“Iya, Delta, kamu ga usah sampe tanya ke Bunda,” jelas Zetta.
Delta lantas memeluk perempuannya, lalu menangis karena terlalu bahagia. Bahagia karena ia bisa menyatakan kalimat yang sudah ia pikirkan selama beberapa bulan untuk perempuannya, bahagia karena mendapatkan jawaban yang ia inginkan, bahagia karena ia akan menghabiskan hari-hari selanjutnya bersama perempuannya.