4. Halo cantik
Delta dan Zetta sudah berada di ruang tamu rumah laki-laki itu dengan ayam bakar yang telah dipesan oleh Bunda Delta sebelum mereka memutuskan untuk datang ke rumah Delta.
Bunda Delta— Lita. datang dengan senyuman menghampiri mereka, “Zetta ya?” Tanyanya saat Zetta memberikan salam kepadanya.
“Iya, tante. Aduh, maaf ya tante jadi main kesini.”
“Gapapa cantik, Bunda malah seneng.” Ucap Lita sambil mengajak mereka berjaln ke arah meja makan. “Panggil tante, Bunda aja yaa,” Lanjutnya saat mereka sudah duduk di meja makan.
“Eh, aduh hahaha, ga enak tiba-tiba manggil Bunda.”
“Gapapa ih, Bunda ga ada anak perempuan, jadi rasanya seneng aja kalau dipanggi Bunda.”
Zetta tersenyum kikuk karena merasa bingung harus bagaimana membalasnya, gadis itu mengaggukkan kepalanya tanda bahwa ia setuju, “iya, Bunda.”
Tidak banyak obrolan yang terjadi saat mereka sedang makan, sampai dua menit yang lalu mereka sudah selesai dengan makanannya masing-masing dan Zetta membantu Lita merapihkan alat makan tadi.
“Zetta rumahnya dimana?”
“Di deket perum tiga, Bunda,”
Lita semangat mendengar jawaban Zetta, “wah deket sama rumah temen Bunda, kapan-kapan kalau bunda lagi main kesana, sekalian mampir boleh?”
“Boleh banget dong Bun, ayo nanti main ke rumah aku!” Ajak Zetta.
Delta sejak tadi hanya memperhatikan dua wanita cantik yang sedang berbincang dari ruang tamu rumahnya. Pertama kalinya Bunda tertawa dengan gadis seumuran Delta selain Shabila.
Menghabiskan waktu tiga jam di rumah Delta sudah banyak yang mereka ceritakan, mulai dari ternyata mereka satu kampus yang sama, jurusan di kampus, hal biasa dilakukan saat weekend sampai waktu sudah menujukan pukul sebelas malam, dan Zetta izin pamit pulang ke Bunda.
Malam ini menjadi salah satu malam yang sangat seru bagi Zetta karena setelah sekian lama ia bisa bercerita dengan luas selain bersama Mama Geya, dan siapapun yang melihat Lita dan Zetta akan dengan cepat tahu bahwa Lita sangat senang sekali dapat berbincang langsung dengan gadis yang selalu Delta ceritakan.