Ga minat.
Cafe Moteza malam hari ini cukup sepi, hanya terdapat 5 pengunjung, dengan Delta salah satunya.
Zetta segera melangkah masuk kedalam cafe saat mobil Jio sudah terparkir rapi, meninggalkan Geya dan Jio yang sedang berjalan di belakangnya.
“LAMAAAAA,” teriaknya.
“Sabar Taaaa, gue lagi iket tali sepatu,” jawab Geya.
“Jio Jioo, maskernya manaaa?” Tanya Zetta sambil merapikan rambutnya yang terbang terbawa angin.
“Hah? Gue ga tau, coba tanya Geya,” jawabnya dengan santai.
“IHHH GUE JUGA GA TAUUUUU!” Teriak gadis yang namanya disebut.
“TERUS GUE GIMANAAA?”
“Gapapa deh Ta, lagian juga abis ini ga bakal ketemu lagi kok.” Ucap Geya menenangkan temannya itu.
“Ga bisa Gey, ga bisa, muka gue udah terlanjur malu bangettt,”
“Nah, justru karena udah malu banget, jadi sekalian aja lah trobos Ta!”
“Ji pacar lo ga bener nih,” adu Zetta kepada Jio, yang diajak bicara hanya tertawa.
“Gapapa Ta, nanti kalau dia ngapa-ngapain lo, gue turun tangan.” Ucap Jio yang diberikan tatapan mematikan oleh Zetta.
“Sana cepettttt,” usir Geya, “gue perhatiin dari jauh sama Jio, lo jangan bertingkah ya Ta.”
Gadis itu menghampiri salah satu meja yang ia yakin bahwa itu adalah Delta —laki-laki yang ingin ia temui, mengenakan kaos putih polos dan jeans robek-robek andalan laki-laki itu.
“Delta kan?” Sapa Zetta yang lebih terdengar seperti pertanyaan.
Yang dipanggil menoleh ke sumber suara tersebut, “iya, Zetta kan?”
“Hmm, mana power bank gue?” Pintanya to the point.
“Wait, lo ga mau duduk dulu?” Tawarnya sambill merogoh kantung celananya.
“Ga minat, cepet.”
Laki-laki itu hanya tersenyum menggelengkan kepalanya melihat sikap gadis di hadapannya itu, “nih,” ucapnya sambil memberikan power bank tersebut, “lain kali, kalau ada barang yang sekiranya penting, di jaga baik-baik ya, nanti hilang lagi kan repot.”
“Thanks.” Kata gadis itu sambil mengangkat power banknya, dan segera meninggalkan Delta yang masih duduk di posisinya.