first move
Edgar menjemput Shanika dengan mobilnya di depan rumah perembuan itu pukul empat sore. Sambil menunggu Shanika turun dari kamarnya, Edgar dan Tala sibuk berbincang.
“Bawa balik adik gue, jangan sampe lecet,”
“Aman Bang, ga bakal lecet sedikitpun,” jawab Edgar memberikan jempolnya.
“Jadianya kemana?” tanya Tala lagi.
Edgar berpikir kemana akan membawa Shanika pergi, “niatnya sih ke mall, cuma kayanya nanti agak maleman mau keliling aja sih,”
“Yaudah, hati-hati perginya,” balas Tala karena Shanika sudah turun dari kamarnya.
“Berangkat dulu ya, Kak,” ucap Shanika sambil membenarkan kaca matanya.
Menghabiskan waktu mengelilingi salah satu mall besar di ibu kota, hingga membuat mereka tak merasa bahwa jam sudah menunjujan pukul tujuh malam.
“Makan yu, Ca,” ajak Edgar karena sejak tadi mereka hanya belum memakan makanan berat.
“Masih kenyang, Kak, ini aja belum abis,” Shanika menunjukan kantung bertuliskan 'shihlin' yang sedang ia makan.
“Tapi nanti kalau laper bilang ya, Ca, jangan diem aja,”
“Iya, Kakkkk,” balasnya sambil tersenyum.
Tiga jam bersama Edgar benar-benar membuat Shanika merasa dirinya hampir kehilangan akal sehatnya, karena sejak pertama kali Shanika masuk ke dalam mobil laki-laki itu, semua yang biasa Shanika lakukan sendiri, dilakukan oleh Edgar.
Seperti membuka pintu mobil, memasang seat belt, mengantre saat memesan makanan, bahkan saat ini tas miliknya pun dibawa oleh Edgar.
“Kak serius gapapa tas aku Kakak yang bawa?” tanya Shanika entah yang keberapa kalinya.
“Gapapa, Ca, kamu makan aja,”
Laki-laki satu ini tahu bagaimana cara membuat perempuan luluh akan setiap perilakunya, dan ia menerapkan hal itu.
Edgar bahkan tak tanggung-tanggung untuk membuat Shanika lebih jatuh akan pesonanya. Kali ini, saat sebelum mereka makan malam di salah satu tempat makan, Edgar menarik kursi yang akan diduduki oleh Shanika, lalu mempersilahkannya untuk duduk.
Dan lagi entah yang keberapa kalinya Shanika jatuh hati pada sikap laki-laki ini. Ia bahkan memperhatikan Shanika yang sedang sibuk memisahkan udang dari dalam mangkuknya.
“Ca, ga suka udang?” tanyanya sontak membuat Shanika menggeleng.
“Ini makan punya gue aja, ga ada udangnya,”
“Ga ah, Kak, ga enak jadi ngerepotin,” tolaknya halus karena sejak tadi Shanika merasa sudah merepotkan Edgar.
“Ga sama sekali. Atau tetep mau makan ini? Kalau tetep mau ini, gue pesen lagi yang ga pake udang,” ucap Edgar.
“Engga engga, aku pisahin aja udangnya,” balas Shanika kemudian lanjut memisahkan udang yang sudah tercampur dengan sup miliknya.
“Gue aja,” ujar Edgar lalu mengambil mangkuk tersebut, “lain kali kasih tau gue apa yang lu suka dan ga suka, biar yang kaya gini ga keulang lagi, kasian lu mau makan jadi harus nunggu.”