BSD minggu pagi
Minggu pagi Delta sudah berada di halaman Rumah Zetta, menunggu gadis itu keluar dari rumahnya. Hari ini mereka akan olahraga bersama, mungkin lebih tepatnya, Zetta menemani Delta bermain golf karena gadis itu tidak terlalu suka melakukan hal seperti ini.
“Lama ga?” tanya Zetta saat membuka pintu mobil milik Delta.
“Lama banget, gue sampe kering,” canda Delta.
“Yeh, ayo berangkat,” ajak Zetta sambil memasang seat belt.
Suasana minggu pagi kali ini cukup ramai dengan anak-anak bermotor yang sepertinya akan melakukan sunmori atau sunday morning ride, saat lampu merah, banyak sekali anak muda dengan motor-motor yang sudah ia modif menjadi sedemikian rupa.
“Seru banget kayanya pagi-pagi keliling naik motor,” ucap Zetta saat melihat segerombolan anak motor di sebelah mobil Delta.
“Lo mau coba?”
“Coba apa?”
“Muter-muter naik motor di minggu pagi,”
“Mau, tapi gue ga bisa bawa motor,” jawab Zetta sambil tertawa, “jangan ledekin gue ya,” sambungnya.
Delta tertawa mengetahui fakta bahwa gadis di sebelahnya tidak bisa mengendarai motor, Delta pikir, Zetta sangat pandai dengan hal itu.
“Tuh kan, jangan ketawaaa,” ucap Zetta sebenarnya ia pun tertawa karena merasa lucu, anak dua puluh tahun tidak bisa mengendarai motor.
“Kaget aja, gue kira lo bisa,” Delta masih setia dengan tawanya.
“Engga, sumpah tau gitu ga gue kasih tau,”
“Gapapa lagi Ze, ga mesti bisa bawa motor kok,”
“Nah iya kan!!” Semangat Zetta, akhirnya ada yang mengerti pikirannya, bahwa tidak semua orang di muka bumi indonesia ini harus bisa mengedarai motor.
“Nanti kalau lo mau muter-muter naik motor minggu pagi, sama gue aja,” kata Delta yang mendapatkan dua jempol dari Zetta.
“Mantep, gue suka nih,”
Mereka sudah berada di hall 1, Zetta masih tidak percaya hari ini dia melakukan olahraga.
“Untung naik car, Del,” ucap Zetta ketika mereka berada di dalam mobil golf.
“Biar kaki lo ga copot, makanya naik car,”
Zetta tertawa, laki-laki di sebelahnya tahu saja bahwa ia akan melanjutkan perkataannya dengan berkata takut kakinya copot.
“Sumpah, lo dukun ya? Tau aja,”
“Iya nih, kemarin baru buka jasa,”
“Apa sih,” balas Zetta dengan tawanya yang tak kunjung berhenti.
Selama satu jam bermain golf, gadis itu banyak sekali mengoceh, ia bilang kenapa lapangan golf harus seluas ini, kenapa dia mau bermain golf, kenapa ada banyak pohon di sini, dan masih banyak kenapa yang lain.
“Kenapa, kenapa itu kenapa?” tanya Zetta.
Delta menggelengkan kepalanya, gadis di sebelahnya ini benar-benar ada saja pertanyaannya.
“Kak, tau ga jawaban pertanyaan dia?” tanya Delta pada caddy mereka.
Caddy yang ditanya malah ikutan tertawa, bingung harus menjawab seperti apa.
“Ih kan gue nanya nya sama lo,”
“Itu pertanyaan filosofis, Ze, jangan tanya ke gue,”
“Ah males ah,”
“Ganti pertanyaan, yang bisa dijawab,”
“Ini kapan selesainya?” tanya Zetta membuat Delta tertawa kencang sampai membuat caddy yang ada di belakang mereka bingung.
“Maaf kak, dia emang suka ga jelas,” kata Zetta ke caddy.
“Mau udahan aja?”
“Engga, lo main aja, biar gue liatin dari sini,” jawab Zetta, gadis itu memilih untuk tetap duduk di car karena ia sudah terlalu lelah.