Belajar, tidur?

Baskara sudah menggeluarkan mobilnya dengan membawa kotak makan yang disiapkan mamanya untuk Selasa. Perjalanan dari rumahnya menuju rumah selasa cukup menghabiskan waktu sekitar 15 menit untuk siang ini.

Ia sudah berada di depan rumah Selasa dan segera memarkirkan mobilnya. dari dalam mobil terdengar suara Selasa yang sedang membuka gerbang.

“Bas, masukin aja mobilnya!” Teriaknya sambil mendorong gerbang. Baskara mengacungkan jempol kepada Selasa dan segera memasukan mobilnya.

“Emang mobil pada kemana?” Tanya Baska saat sudah keluar dari mobilnya.

“Kak jeb main sama temen-temennnya, mama lagi ada urusan, makanya mobil pada ga ada.” ucapnya sambil mereka berjalan masuk.

“Oh, ini bibi belom pulang kan?”

“Belom lah, makanya aku ajak kamu kesiniii, nanti kalo bibi mau pulang baru kita keluar aja, gimana?” Ucap Selasa yang sekarang sudah duduk di sofa ruang tamu.

“Iya gapapa, nanti ke cafe deket sini aja.” Selasa menganggukan kepalanya tandabahwa ia setuju dengan jawaban baskara.

Saat ini mereka sedang fokus mengerjakan tugas kimia, lebih tepatnya, Baskara membantu mengerjakan tugas kimia Selasa. Materi yang mereka kerjakan adalah materi ulangan dari kelas 11 semester 1 dan 2. Mengingat sebentar lagi mereka akan menghadapi Ujian Akhir Semester.

“Ini ada cara yang lebih gampang ga sih?” Tanya Selasa pada salah satu soal tentang larutan penyangga.

“Ga ada sel,” jawabnya sambil melihat soal yang ditujuk olehnya, “Sini aku bantuin.”

“Ini malah jatohnya kayaaaaaa kamu yang ngerjain tugas-tugas aku hahahaha.”

“Engga kok, kan kamu juga sambil aku ajarin.”

“Iyaaaa tapi aku ngedengerin kamu jelasin, kayaaa di dikte.” Jawabnya sambil kembali mencoret-coret kertasnya.

Mereka kembali fokus pada tugasnya, sudah sekitar setengah jam mereka berkutat dengan buku dan pulpen yang dipeganggnya, bibi menghampiri mereka yang sedang duduk di ruang tamu.

“Masih lama neng?” Tanya bibi membuyarkan fokus mereka.

“Lumayan bi, kenapa emang? mau pulang ya?” Balasnya.

“Iya neng, kalo masih lama gapapa biar bibi di sini dulu aja.”

“Ehhhh, gapapa bi pulang aja, aku sama Baska biar belajar di luar aja.” Jawaab Selasa sambil menutup pulpennya.

Bibi yang mendapat jawaban seperti itu merasa tidak enak karena membuat Selasa harus pergi keluar, “aduh bibi jadi ga enak sama eneng.”

“Gapapa bi,” jawab Baska dengan senyumnya, “Kita biar belajar di luar aja.”

“Yaudah a, neng, bibi pulang duluan ya.” Pamitnya meninggalkan Selasa dan Baskara yang sedang merapihkan buku-bukunya.


Untungnya saat ini di cafe yang mereka datangi tidak terlalu ramai pengunjung, mengingat saat ini masih siang hari.

“Adem yaaaaa.” Ucap Selasa.

Baska menoleh ke arah Selasa yang sedang meminum kopinya “Iya adem.”

“Tau ga kalo adem gini enaknya ngapain?” Tanyanya.

“Engga, emangnya apa?”

“Tidurrr.” Baska tersenyum mendengar jawaban Selasa. “Aku malah jadi ngantuk disini, soalnya sepi terus adem.” Lanjutnya.

“Terus masa mau tidur disini?” Tanya Baska sambil menunjuk meja di depannya.

Selasa melihat ke sekitar, melihat pengunjung cafe yang hanya berisi 7 orang saja. “Kenapa engga? kan sepiiii.” Ucapnya karena cafe pun sedang sepi, jadi Selasa merasa tidak apa bila ia tidur disini.

“Beneran mau tidur Sel?” Tanya Baska karena ia sudah melihat Selasa meletakan tangannya di atas meja dengan kepala yang berada di atasnya.

“Iyaaaaaa, kenapa? kamu malu yaaa?” Ucapnya langsung duduk dengan sempurna.

“Ehh engga cantik, udah tidur aja gapapa.” Jawabnya samnbil memegang bahu Selasa untuk kembali kepada posisi tadi.

“Terus kenapa nanyaaa?”

“Ya aku bingung aja kenapa kamu mau tidur disini.”

“ya tadiiiiii, adem, akunya jadi ngantuk hahaha,” ucapnya sambil tertawa, “nanti bangunin aku ya 15 menit lagi.” Lanjutnya sebelum ia memejamkan matanya.

Baska hanya memperhatikan Selasa yang sedang tertidur di depannya sambil sesekali meminum kopi yang ia pesan tadi.

Baginya Selasa akan selalu menjadi objek yang amat Baska sukai. Ia tak pernah bosan memperhatikan setiap inci pahatan yang terbentuk pada muka gadisnya itu.