balkon, 02.10 AM

Setelah Berlin mengunggah foto polaroid miliknya yang baru saja ia ambil satu jam lalu, gadis itu segera berjalan menuju balkon unitnya.

Miyo sudah tertidur pulas di sofa, Berlin terlalu malas untuk memindahkan Miyo, jadi ia biarkan saja kucing itu tertidur disana.

Membawa segelas matcha di tangan kirinya dan ponsel di tangan kanannya, lalu Berlin duduk di kursi menghadap langit Jakarta malam hari ini.

Pukul dua lewat sepuluh dini hari. Berlin masih menggunakan jaket yang sama dengan post instagramnya.

Melihat suasana jalanan kota tak pernah mati dari lantai empat kamarnya, ternyata benar, Jakarta tetap ramai pada pukul ini.

Berlin memutar lagu talk to me by Zayn untuk menemani keheningan di tempatnya. Dia tidak bernyanyi karena takut terdengar oleh tetangga unit sebelahnya.

“Tumben ga nyanyi,” suara itu benar-benar membuat jantung berlin ingin jatuh dari tempatnya.

“YA TUHAN!!”

“Eh, gue ngagetin ya?” Tanya Isac dari sebrang sana.

Tentu saja, bagaimana bisa lelaki itu malah bertanya saat ia sudah tahu jawabannya, “IYALAH! GILA ISAC LO NGAPAINNNN?”

“Gue dari tadi duduk di sini,”

“Terus kenapa ngagetin gue?”

“Gue mau nanya kenapa ga nyanyi, eh lo malah kaget,”

“Ya iya, gimana ga kaget? Orang dari tadi gue taunya lagi sendirian,” oceh Berlin, gadis itu berterima kasih kepada Tuhan untuk tidak memutuskan jantung miliknya karena terlalu terkejut.

Isac tertawa menanggapi Berlin, “sorry sorry, ya, ga maksud ngagetin sumpah,”

Berlin mengangguk, “lagian ngapain sih? Udah malem bukannya diem di kamar, malah nongkrong di balkon,” tanya Berlin, padahal ia sendiri pun sedang duduk di balkon malam hari.

“Loh.. sendirinya juga ngapain duduk di balkon sambil minum matcha terus dengerin talk to me? Kaya orang galau,”

“Gue ga galau ya, ini tuh gara-gara ga ada kerjaan aja, makanya gue ke balkon. Lo masih belum jawab pertanyaan gue, lo ngapain malem-malem diem di sini?”

“Nikmatin angin malem,” jawab Isac asal.

“Yehhh,”

“Hahaha, lagi duduk aja, Lin, emang ga boleh?”

“Boleeehhh, yaudah lanjutin duduk-duduknya,” suruh gadis itu, sebenarnya ia mengusir Isac dengan halus karena ia masih punya sedikit malu atas kejadian beberapa hari lalu tentang suaranya yang terdengar sampai unit Isac.

Isac kembali duduk di tempatnya, sebenarnya, laki-laki itu sedang menikmati pods miliknya sambil melihat gedung-gadung yang memancarkan cahaya dari dalamnya.

Tapi sejak lima menit yang lalu, ketika ia mendengar suara pintu terbuka dari arah kanan, lelaki itu langsung menyudahi aktivitasnya, mematikan pods miliknya kemudian memperhatikan setiap gerak gadis di sebrang sana dengan seksama sambil tersenyum.

Gadis yang sejak awal ketika Isac pindah ke unit 416 langsung kendapatkan atensi yang sangat kuat dari laki-laki itu.