08. Bandung 2

Mereka sudah berada di cafe yang di maksud oleh Jean, laki-laki itu ternyata mengajak mereka ke cafe milik salah satu kenalannya di Bandung.

Satutiga, nama cafe yang terletak di jalan braga itu memiliki nuansa yang sangat indah, dengan lampu-lampu yang menghiasi bagian atas cafe serta banyaknya pohon-pohon di sekitar cafe yang membuat tempat tersebut terlihat cantik.

“Mau pesan apaan?” Tanya Heril saat mereka baru saja duduk.

“Sabar anjir, baru juga duduk.” Balas Meyra yang kesal dengan tingkahnya Heril.

“Bentar Ril, ngaso dulu.” Ucap Jean dengan matanya yang melihat ke sekitar.

Tak lama, ada seoarang laki-laki yang menghampiri meja mereka. Laki-laki dengan lesung pipi di wajahnya, tingginya sekitar 173 cm, ia Dehan— laki-laki teman Jean, sekaligus owner dari cafe satutiga. menghampiri meja mereka dengan senyum yang mengembang di wajahnya.

“Bro, udah lama ga ketemu.” Sapa Dehan saat Jean dengan santai merangkulnya.

“Iya, udah lama gue ga ke Bandung.” Jawab Jean, “oh iya, kenalin, ini temen-temen gue di SMA, lo kenal lah ya sama Baska mah,” Lanjutnya sambil memperkenalkan yang lain.

“Ini Ellia, sebelahnya Meyra. Terus sebelahnya Baska, cewenya, Selasa namanya, tuh yang di ujung lagi nyebat,” Tunjuk Jean ke arah kursi paling ujung, “namanya Heril, nah depannya Heril, Robby namanya.”

“Halo,” sapa Dehan kepada mereka yang di balas dengan jawaban serupa. “Oh iya, mau pesan apa? biar gue pesanin.” Ucapnya.

“Eh gausah, biar kita aja.” Tolak Selasa yang kemudian memberikan tatapan kepada Baskara agar memberitahu kepada Dehan juga bahwa tidak perlu repot-repot untuk membuat pesanan mereka.

“Iya gausah Han, biar kita aja.” Sambung Baskara, Dehan yang mendengar itu tersenyum dan pamit untuk ke belakang sebentar.

“Sini-sini gece gue yang pesen.” Ucap Heril kepada semuanya, “gue udah ga sabar anjir mau minum.”

“Yaudah pesen.” Jawab Robby.

Setelah memesan semua pesanan mereka, Heril dan Meyra kembali duduk ke kursinya. Sambil menunggu pesanan mereka datang, mereka menghabiskan waktunya untuk bermain Truth Or Dare bersama-sama.

Selang 10 menit, semua pesanan telah datang, mereka memimun pesanannya masing-masing dan segera melanjutkan permainan yang tadi sempat terhenti.

Permainan ini benar-benar membuat perut mereka terasa mual akibat terlalu sering tertawa. Mulai dari Heril yang memilih truth dan di tanya “Pernah BAB di celana atau tidak?” dan ia menjawab “Pernah, pas abis main sama anak-anak, kan gue balik sama Robby, eh gue cepirit anjir di motor dia.” Mereka tertawa terbahak-bahak saat mendengar jawaban yang keluar dari mulut Heril, dan dengan Robby yang menggerutu bagaimana bisa jok motor dia ternodai.

Dengan Meyra yang memilih Dare dan ia harus bernyanyi di depan semua orang, Robby yang meminta foto kepada keluarga yang sedang mampir di cafe itu, hingga ellia dan Jean yang mendapatkan dare yang sama, yaitu memposting wajah mereka di acc salah satunya, yang dimana Jean harus mengupload foto Ellia dan sebaliknya.

Ah jangan lupakan Baskara dan Selasa, Mereka juga melakukan tantangan yang didapatnya. Kali ini Selasa harus melakukan prankcall kepada salah satu teman di contactnya, yang akan berhenti saat di scroll dan Baskara melakukan aksi gombal kepada pengunjung cafe.

Malam itu benar-benar mereka habiskan untuk tertawa bersama-sama. Tak ada yang membuat mereka merasa bahwa mereka baru saja kenal tadi pagi. Malam ini di Bandung, khususnya di jalan Braga, menjadi salah satu saksi cerita mereka yang akan dikenang untuk waktu yang lama.