07. Bandung we're comingggg

BSD pagi ini, khususnya di kawasan rumah Selasa, sudah ramai dengan teman-temanya sejak satu jam yang lalu, Baska, Ellia, Meyra dan Jean suudah berada disana, menunggu Heril dan Robby yang sudah pasti telat karena bangun telat.

“Heril ngaret nih!” Ucap Meyra dari arah dapur, ia baru saja mengambil air karena haus akibat menunggu Heril sejak tadi.

“Bentar lagi dateng,” jawab Selasa, ia diberi tahu oleh Baskara bahwa Robby dan Heril sudah masuk kedalam perumahan tempat tinggal Selasa.

Dari arah depan terdengar suara motor yang baru saja dimatikan, setelahnya terdengar suara Heril yang teriak “EH SORRY, SEMALEM GUE NONTON BOLA!” Teriaknya entah kepada siapapun yang mendengarnya.

“Iya santai,” jawab Baskara berjalan ke arah diaman sumber suara itu, “tas lo bawa masuk dulu ke mobil Jean.” Lanjutnya sambil memberikan kunci mobil Jean kepada Heril.

menungu sekitar 15 menit lagi sebelum mereka semua bersiap untuk berangkat ke bandung, mengecek kembali perlengkapan dan barang-barang akan di bawa agar tidak ada yang tertinggal.

“Udah semua nih ya?” Tanya Jean dengan mengunjukan bagasi mobilnya, “awas aja ada yang bilang ketinggalan.”

“Udah semua, aman terkendali.” Jawab Ellia yang hendak membuka pintu penumpang mobil.

Mereka berangkat dengan dua mobil, mobil Baskara dengan Selasa dan Robby, sedangkan mobil Jean dengan Heril, Ellia dan Meyra. Sudah dapat dipastikan seberapa berisik mobil Jean nanti saat Heril dan Meyra menjadi satu.

Walaupun mereka semua tidak terlalu kenal, tetapi pada hari ini semua mendadak menjadi dekat seperti teman yang sudah lama tak bertemu dan akhirnya melakukan perjalanan bersama.

Selama perjalanan Selasa tidak banyak omong seperti biasanya, ia tidak melakukan aksi— bernyanyi dengan suara yang keras dengan playlist spotify andalannya.

“Diem aja Sel?” Tanya Baska sedikit bingung dengan sikap gadisnya itu.

Selasa yang di ajak bicara hanya memamerkan deratan gigi putuhnya sambil tersenyum. Baska tahu dari maksud dari jawaban Selasa barusan, ia mengerti bahwa Selasa cukup malu karena ada Robby bersamanya.

“Ohhhhh, gara-gara ada gue yaa?” Tanya Robby, dia dengan cepat juga dapat mengerti keadaan yang sedang terjadi.

“Eh bukan gitu Rob,” jawab Selasa, ia jadi tidak enak dengan lelaki yang duduk di kursi belakang.

“Santai aja kali, lo kaya sama siapa aja. Udah anggep gue gaada aja, gue juga mau tidur.” Jawab Robby uyang kemudian menutup wajahnya dengan hoodie yang ia bawa.

“Bukan rob, gue mau nyanyi... yang ada kalau lo mau tidur terus gue nyanyi, malah keberisikan.” Balas Selasa.

“oh, terserah lo deh, pacaran juga gapapa.” Jawab Robby sedikit malas, “gue emang ngantuk banget, dari semalem belom tidur, jadi yauda lo berdua pacaran aja,” lanjutnya dengan mata yang sedikit lagi tertutp dengan rapat, “tapi kalau lo mau nyanyi juga ya gapapa.”

Di perjalanan kali ini ini— satu jam hinggan dua jam pertama hanya terdengar suara playlist yang berputar dan Selasa yang sesekali mengajak Baskara untuk mengobrol. Ia tidak akan tidur dan meninggalkan Baskara sendiri menyetir mobil, walaupun saat ini ia juga sudah sedikit mengantuk karena hawa di dalam mobil cukup hening.

“Tidur aja Sel gapapa.” Ucap Baska, ia sudah melihat Selasa menguap berkali-kali sejak tadi.

“Engga ah, masih kuat.”

“Yaudah nanti kalau udah ga kuat, langsung tidur aja ya.” Suruh laki-laki di sebelahnya.

Berbeda dengan mobil Jean, laki-laki itu sudah amat pusing mendengar celotehan-celotehan yang di lemparkan Heril dan Meyra, sampai tadi saat ingin memasuki tol, Ellia yang duduk di kursi belakang bersama Meyra, bertukar posisi dengan Heril yang berada di sebelah Jean. Alhasil Meyra dan Heril saat ini duduk di kursi belakang dan sangat berisik.

“Pusing ga si lo dengernya?” Tanya Ellia saat melihat Jean menggelengkan kepalanya sesekali.

Laki-laki itu sekilas menoleh ke arah suara tersebut, “pusing.” Jawabnya.

“Sama,” Ucap Ellia sambil melihat lurus ke arah jalan, “kalau lo cape atau ngantuk, gantian aja sama gue nyetirnya.” Jean sedikit terkejut dengan ucapan perempuan di sampingnya, kemudian menjawab dengan anggukan kepala.

Robby sudah bangun sejak satu setengah jam yang lalu, dan ia menemani Baska selama menunggu pintu keluar tol. Berbeda dengan selasa, perempuan tersebut tengah tertidur pulas.

Setelah menghabiskan waktu selama 5 jam di perjalanan dengan menghadapi macet saat berada di pintu tol keluar. Siang ini pukul 13.00 saat matahari sedang terik-teriknya, mereka telah sampai di villa yang sudah mereka booking sebelumnya.

Baskara, Jean dan Robby segera turun dari mobil. Robby menghampiri mobil Jean dan saat ia melihat kursi belakang, terlihat dua orang yang sedang tertidur pulas dengan kepala yang saling menyender satu sama lain.

“Woy bangun anjir, udah sampe, tidur mulu lo!” Teriak Robby di telinga Heril yang membuatnya langsung terbangun.

“Sialan, Gausah teriak-teriak anjir, gue ga budeg.” Ucapnya yang membuat Meyra pun ikut terbangun dari tidurnya.

Setelah Jean mengeluarkan barang bawaannya, ia segera kembali ke arah kursi penumpang di sebelahnya, “eh, bangun, udah sampe.” Ucapnya dengan menyenggol bahu Ellia. Gadis itu segera bangun dengan nyawa yang belum sempurna kumpul.

Di mobil sebelah— Baskara masih sibuk mengeluarkan semua barang-barang miliknya dan Selasa, bila kalian ingin tahu dimana gadis itu? Ia masih tertidur dengan pulas di kursi penumpang, dan Baska masih enggan membangunkannya.

“Cewe lo bangunin Bas.” Suruh Heril saat mereka sedang bersama-sama menurunkan barang bawaannya.

“Nanti aja kalau barang-barang dia udah turun semua, biar langsung masuk.” Jawabnya sambil menurunkan salah satu tas milik Selasa.

“Bucin.” Sindir Heril.

“Iri aja.” Sahutnya.

Setelah selesai menurunkan semua barang-barang, Baska menghampiri Selasa yang masih tertidur, “Sel, bangun, udah sampe.” Ucapnya sambil membuka seat belt yang digunakan Selasa.

Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali, menetralkan netra matanya, “udah sampe?” Tanyanya.

“Udah, ayo turun.” Ajak Baskara.

Saat ini mereka sudah berada di dalam kamarnya masing-masing— dengan Baskara yang bersama Jean, Heril dan Robby, serta Selasa, Ellia dan Meyra yang berada di satu kamar yang sama. Menghabiskan siang yang terik ini di dalam kamar, dan bersiap-siap untuk sore hari yang akan mereka gunakan untuk menjelajah kota Bandung.